BAKOHUMAS - Sungguh memprihatinkan nasib Supiani (52) dan Munira (40), dua warga Jalan Dr M Isa Lorong Fajar, RT 14/4, Kelurahan Kuto Batu, Kecamatan Ilir Timur Tiga, yang bertahun-tahun hanya bisa terbaring di tempat tidur, akibat penyakit lumpuh yang diderita keduanya.
Kondisi ini memprihatinkan warga Kota Palembang ini menggerakkan Wakil Wali Kota (Wawako) Palembang, Fitrianti Agustinda untuk mengunjungi keduanya.
Atas inisiatif Fitrianti pula, keduanya mendapatkan fasilitas Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang diharapkan dapat meng-cover pelayanan kesehatan bagi keduanya secara gratis tentunya.
"Alhamdulillah, setelah saya mendapat laporan, jika keduanya menderita lumpuh ini bertetangga dan tinggal dikontrakan yang hanya dipisahkan dinding tembok. Mereka tidak bisa berjalan karena kedua kakinya lumpuh. Kedua tetangga itu selama bertahun-tahun harus berbaring di rumah dan tidak ada biaya untuk berobat ke rumah sakit," ujar Fitrianti Agustinda, usai mengunjungi kedua warganya itu, Kamis, (4/6/2020).
Wawako mengaku, kedatangannya juga dilakukan karena saat ini, di tengah pandemi COVID-19 warga kesulitan mencukupi kebutuhan sembako apalagi harus memikirkan biaya perobatan.
Seharusnya kondisi itu disebutnya tidak harus terjadi karena pihaknya selaku pemerintah telah memberikan pengobatan gratis melalui fasilitas KIS.
"Saya sendiri datang ke sini untuk memberitahukan Ibu Supiani dan Ibu Munira. Pemerintah kita ada fasilitas Kartu Indonesia Sehat.Tentunya kondisi seperti ini tidak harus terjadi," ucapnya.
Dia menegaskan, bagi kantor kelurahan dan kecamatan untuk mendata lagi semua warga melalui ketua rukun tetangga (RT). Fitrianti menyebutkan, secara presentase 96 persen, KIS telah terealisasi dan diberikan kepada warga Palembang. Kemungkinan faktor seperti kasus yang ditemukan sekarang warga tidak mengetahuinya atau takut membuatnya dikarenakan terkait biaya pembuatan.
"Semua warga Palembang harus ada KIS dipersiapkan apabila sakit untuk jaga-jaga. Pembuatan hanya berikan kartu keluarga (KK) kepada pak RT pak lurah atau ke pak camat. Tidak dipungut biaya atau gratis," imbuhnya pula.
Sementara itu, Acang, suami dari Supiani mengatakan, istrinya sudah enam tahun menderita lumpuh. Bahkan selama dua tahun dia terpaksa menghentikan pengobatan karena tidak ada biaya, terlebih lagi di masa pandemi COVID-19 ini.
"Dulu pernah berobat di RS Muhammadiyah dan RS AK Gani pakai BPJS. Karena tidak ada uang saya menyerah dua tahun. Alhamdulillah sekarang bisa berobat kembali," ungkapnya.
Hal senada juga dikatakan Syahid Husien, ayah kandung Munira, yang menyebutkan anaknya sudah tidak bisa berjalan selama tiga tahun. "Biasa berobat alternatif, alhamdulillah kalau bisa berobat dan dapat bantuan," tukasnya.
(*)
Comments ( 0 )